Berita Terbaru|

Bogor (Pendis) — Kementerian Agama melalui Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Ditjen Pendidikan Islam terus memperkuat guru kompetensi guru madrasah. Sebanyak 40 guru mengikuti Workshop Pengembangan Kompetensi mata pelajaran Al Quran Hadits Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MA/MAK).

Direktur GTK Madrasah, Muhammad Zain mengatakan bahwa tantangan mulai dari munculnya era internet of things (IOT), menuntut guru untuk tidak hanya kreatif terkait materi ajar, tapi juga inovatif pada metodologi pengajaran.

“Guru madrasah memiliki pengetahuan cara berpikir berbasis komputer (Computational Thinking). Memiliki kemampuan berpikir yang diperlukan dalam menganalisa masalah dan solusinya secara efektif. Ingat, transfer of knowledge bisa terjadi dengan internet. Tapi transfer of value   tidak bisa tergantikan oleh selain guru yang kompeten,” ujar Zain di Bogor, Senin (15/02).

Dikatakan Zain, selain memiliki pengetahuan cara berpikir berbasis komputer (Computational Thinking), guru mata pelajaran Al Qur’an Hadits harus memiliki pengetahuan yang komprehensif. Menurutnya, Al Qur’an Hadits merupakan core curriculum atau kurikulum inti pada MA/MAK. “Semua persoalan ada landasan Al Qur’an maupun haditsnya. Terlebih bagi masyarakat Asia yang masih kental dengan cara pandang textual oriented, semua harus ada dalilnya. Problem social selalu bertambah setiap waktu,” jelasnya.

Menurut Zain, idealnya, guru madrasah harus mampu melihat Al Qur’an dan Hadits secara tekstual maupun kontekstual dengan tetap memperhatikan nilainya. Adakalanya satu ayat harus dimaknai secara tekstual, tapi ada juga ayat yang harus dimaknai secara kontekstual. “Al Qur’an merupakan panduan moral tertinggi, maka harus tepat dalam mengajarkan pelajaran ini, baik secara tekstual maupun kontekstual,” imbuhnya.

Menyoroti pentingnya moderasi beragama, Muhammad Zein menyunting trilogy persaudaraan yang diusung Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas. Yakni; pertama Ukhuwah al Islamiyah, dimana setiap muslim adalah bersaudara. Dengan Nabi yang sama, Qur’an yang sama, dan kiblat yang sama sejatinya dapat bersatu padu membentuk kekuatan yang tidak mudah terbelah.

“Kedua, Ukhuwah al wathaniyah. Selama masih berpijak di bumi Indonesia, apapun sukunya adalah bersaudara tanpa perlakuan yang berbeda. Hal yang kemudian penting untuk dipertanyakan hanya satu; apa kontribusi anda untuk Indonesia?.  Selanjutnya ketiga adalah ukhuwah al insaniyah/al basyariyah, persaudaraan sesama manusia,” terang Zain.

Dalam relasi lintas budaya dan agama, Muhammad zein selanjutnya memaparkan tiga macam kompetensi manusia yang penting untuk dikuasai. Satu, kompetensi personal. Artinya setiap individu harus memperkuat pengetahuan agamanya. Dua, kompetensi komparatif. Yakni mampu memahami perbedaannya dengan orang lain tanpa menyeret ke arah pertentangan, rivalitas dan permusuhan. Tiga, kompetensi kolaboratif. Kemampuan untuk mencari titik temu dengan agama-agama yang ada tanpa melihat perbedaan.

Kasubdit Bina GTK MA/MAK, Sidik Sisdiyanto mengingatkan bahwa pertemuan semacam ini hendaknya dijadikan ajang untuk belajar bersama, saling berbagi pengalaman terbaik (best practices). Dengan serius mengikuti setiap tahap kegiatan dan dengan seluruh kesungguhan menyerap ilmu untuk penguatan KKG/MGMP di daerah masing-masing.(Abas/Yuyun)

Re-upload dari : pendis.kemenag.go.id | MAR (-) | Kategori: Kegiatan GTK Madrasah | Tanggal: 16-02-2021 09:38

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close Search Window