Berita Terbaru|

Jakarta (Pendis) — Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI menggelar Training of Trainer (ToT) Pendidikan Inklusif berbasis Gender, Disabilitas dan Inklusi Sosial (GEDSI) Seri 6 pada Rabu (25/8/2021) via Zoom Meeting.

ToT diberikan kepada para Fasilitator Nasional (Fasnas) untuk meningkatkan kualitas Madrasah Penyelenggara Pendidikan Inklusif berbasis GEDSI yang bekerjasama dengan INOVASI dan Froum Pendidik Madrasah Inklusif (FPMI) seri-6 ini mengkaji Program Pendidikan Khusus/Kompensatoris pada Madrasah Penyelenggara Pendidikan Inklusif berbasis GEDSI.

Dalam seri ke 6, peserta ToT  mengkaji Program Pendidikan Khusus/Kompensatoris pada Madrasah Penyelenggara Pendidikan Inklusif berbasis GEDSI. Dalam kesempatan ini, peserta diajak untuk mengenali kondisi anak Dialeksia sejak dini.

Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia, Kristiantini Dewi, dalam materinya Temu Kenali Dini Disleksia, memaparkan bahwa  disleksia merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar spesifik yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan adanya kesulitan belajar yang terjadi pada individu dengan potensi kecerdasan yang sedikitnya normal atau berada pada taraf kecerdasan rata-rata.

“Kita harus mampu mengenali gejala dialeksia sejak dini, hal ini sebagai upaya kita memberikan pengajaran yang pas untuk peserta didik,” ujar Kristiantini Dewi saat memberikan materi via zoommeeting, Rabu (25/08).

Dijelaskan Dewi, ada dua kesulitan belajar yaitu kesulitan belajar umum dan kesulitan belajar spesifik. Pertama, Kesulitan belajar umum memiliki ciri potensi kecerdasan di bawah rata-rata, kesulitan terjadi pada semua aspek perkembangan, didapatkan pada berbagai kasus: autism, palsi serebral, disabilitas intelektual, sindrom down, dan vokasional/bantu diri.

“Sedangkan kesulitan belajar khusus, yaitu potensi kecerdasan di rentang rata-rata atau di atas rata-rata, kesulitan terjadi pada aspek perkembangan bahasa dan fungsi eksekutif, didapatkan pada kasus disleksia, diskalkulia, disgrafia, dan mampu belajar di sekolah regular/inklusi,” terang Dewi.

Dewi menambahkan, bahwa Disleksia juga seringkali disertai dengan bentuk kesulitan belajar spesifik lainnya yakni disgrafia dan diskalkulia. Selain itu disleksia juga seringkali disertai kondisi penyerta lain seperti Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (Attention Deficit Hyperactivity disorder) dan Gangguan Perencanaan Motorik (Dispraksia).

The Litle Hijabi Homeschooling for Deaf Galuh Sukmara, dalam paparan tertkait Program Kompensatorik bagi Anak Berkebutuhan Khusus Gangguan Pendengaran menjelaskan bahwa sudut pandang ekslusif merupakan cara pandang alamiah terhadap keberbedaan dan keanekaragaman.

“Semua menjalani satu kehidupan bersama. Semua saling melengkapi dan saling menggenapi pemahaman. Semua sedang belajar bersama-sama. Semua memiliki cara hidupnya masing-masing yang jika disinergikan akan membuat penghayatan akan kehidupan lebih sempurn,” jelas Galuh Sukmara.

Dalam konteks pembelajaran, lanjut Galuh, inklusifitas adalah cara pembelajaran bagi semuanya. Tidak ada pemisahan, semuanya diperkenankan bertemu sesuai dengan pemberian porsi masing-masing. “Pemberian porsi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing, diperuntukkan bagi semuanya bukan bagi yang sempurna, ditempuh dengan jalan yang disesuaikan kemampuannya, tapi yang “diistimewakan” Tuhan dengan alatnya different abilities, di mana kemampuannya yang digunakan untuk belajar dan mengenali kehidupannya yang berbeda dengan orang lain,” pungkasnya.

Selain itu, peserta juga mendapatkan materi  Kompensatorik Anak dengan Gangguan Penglihatan dari  Setia Adi Purwanta (Pegiat Hak Asasi Difabel Yayasan Dria Manunggal DIY), materi Kendala Perilaku & Emosional pada Anak dari Spectrum Diah Kartia Esti (Treatmen and Education Centre) dan materi Pengembangan Diri Peserta Didik Hambatan Intelektual dari Ahsan Romadlon Junaidi (Dewan Pakar FPMI dan Akademisi Universitas Negeri Malang).

Hadir juga dalam ToT Fasnas Seri 6, Bina Guru RA Direktorat GTK Ditjen Pendis Kemenag RI Siti Sakdiyah, Kasubdit, Pengembang Teknologi Pembelajaran pada Subdit Kurikulum dan Evaluasi KSKK Madrasah Kemenag Imam Bukhori,  Kasubdit Kesiswaan Direktorat KSKK Ditjen Pendis Kemenag RI Nanik Pujiastuti, perwakilan tim INOVASI, dan panitia.

(Herman/Maryani)

Re-upload dari: pendis.kemenag.go.id (MAR) | Kategori: Kegiatan GTK Madrasah |

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close Search Window