Berita Terbaru|

Bogor (Pendis) — Guru bidang studi Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah diminta memainkan peran sentral dalam pembangunan karakter anak didik. Bidang Studi Akidah Akhlak adalah mata pelajaran terpenting dalam kurikulum yang berkaitan langsung dengan aspek moral dan karakter siswa. Maka dari itu guru yang mengampu mata pelajaran ini harus memahami pelajaran ini secara komprehensif dalam segala dimensinya.

Hal ini ditegaskan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, Muhammad Zain saat memberikan arahan di acara Pengembangan Kompetensi Guru Akidah Akhlak Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah Program Khusus secara daring, Selasa, (23/2/2021).

“Inti agama Islam merupakan substansi dari pelajaran ini, yaitu keimanan (Akidah) dan karakter (Akhlak). Kedua ilmu ini mencakup tata cara berhubungan dengan Tuhan (hablun minallah) dan hubungan dengan manusia (hablun minannas),” tegas Zain.

Menurutnya, pemahaman tentang definisi menjadi salah satu kunci kesuksesan guru dalam mentransformasi pengetahuannya tentang konsep berakidah secara benar dan relevan. “Perpektif akidah atau tauhid di madrasah kita lebih kompleks, tidak hanya tentang uluhiyah saja, tetapi menyangkut pula tauhid sosial,” katanya.

“Di Indonesia, pelajaran tauhid uluhiyah itu sudah dianggap selesai. Yang belum adalah bagaimana akidah itu memiliki spektrum ke bumi dalam bentuk sensitivitas serta peran-peran sosial penganutnya,” imbuhnya.

Kementerian Agama memproyeksikan pemahaman Akidah yang ditransformasikan kepada anak-anak madrasah dengan benar akan memiliki impact nyata pada pembentukan karakter siswa. Pemahaman Akidah yang lebih dinamis dapat meningkatkan kepekaan sosial sehingga siswa memiliki perhatian pada persoalan-persoalan sosial seperti kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.

Salah satu faktor penyebab kegagalan pendidikan selama ini adalah rendahnya moral siswa. Kelemahan pendidikan di Indonesia disebabkan oleh kesalahan fokus pendidikan yang hanya menekankan pada perkembangan pengetahuan (kognitif) saja. Sementara itu aspek sosialitas, relijiusitas, dan humaniora kurang  mendapat tempat.

“Di tangan guru yang salah, nilai-nilai keagamaan hanya ditranformasikan sebagai ilmu, belum pada pembentukan karakter. Akibatnya banyak siswa sangat pandai tetapi mereka tidak berbudi luhur,” ujarnya.

Zain mengingatkan, guru-guru tak boleh memulai pelajarannya dengan pemahaman parsial. Penting diingat bahwa akidah dalam terminologi madrasah Indonesia adalah akidah progesif. Bila ini dipahami, maka guru Akidah Akhlak dapat berfungsi sebagai ideolog utama yang memberikan pondasi kuat pada jati diri siswa.

Bila sudah demikian maka fungsi guru tak pernah usang sampai kapanpun. “Fungsi guru dalam transfer knowledge itu sudah dapat diambil alih oleh tutorial atau aplikasi. Tetapi bila guru juga berfungsi sebagai transfer of value, maka ia tak tergantikan oleh robot, internet, atau aplikasi apapun,” tandasnya. (Farchan/ My)

Re-upload dari : pendis.kemenag.go.id | MAR (-) | Kategori: Kegiatan GTK Madrasah | Tanggal: 23-02-2021 10:33

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close Search Window